Senin, 26 November 2012

Mentari, Hujan, Badai, dan Petir


-25 November 2012-

Ke manakah Tuhan menyembunyikan matahari
Di saat badai, petir serta gelombang menghempaskan aku begitu hebatnya?
Dan Ia membiarkan aku didera oleh hujan begitu kuatnya?

Matahari sedang beristirahat di singgasananya
Dia lelah menjaga hari,
Makanya dia meminta teman-temannya menemanimu.
Ya, mereka masih teman
Menyayangimu dengan cara yang berbeda dari matahari
Tidakkah kau dengar sapaan petir meneriakkan namamu?
Tidakkah kau merasa hujan dan angin bersatu membelai wajahmu?

Tetapi kehadirannya begitu menakutkan aku
Aku begitu takut karena sapaannya tak selembut sinar matahari
yang begitu menghangatkan
Mungkinkah aku meminta sebuah panggilan yang begitu menyejukkan?

Berkenalanlah dahulu. Mereka bilang, tak kenal maka tak sayang.

Sampai kapan matahari disembunyikan?
Apakah pasti selalu ada pelangi setelahnya?

Matahari akan kembali pada waktunya

Bagaimana kalau aku tak kuat untuk berkenalan?
Bagaimana jika aku tak sanggup menunggu hinga ia terbit lagi?

Setidaknya bukalah matamu, telingamu dan semua inderamu
Percayalah, saat semua sudah berlalu dan matahari kembali muncul,
Hujan badai petir tidak begitu menakutkan lagi
Mungkin kau akan mulai merindukannya
karena mereka menggambarkan gelapnya sisi hidup ini

Pernahkah kau bertanya mengapa harus ada hujan, badai, bahkan petir?

Aku perlu diingatkan bahwa
hidup ini tak selamanya hangat, tak selamanya terang.
Aku perlu digoncangkan, dihempaskan
sampai aku tahu bagaimana indahnya mentari saat dia kembali
Tidakkah kau merasa begitu?

Tapi mengapa guncangan ini begitu bertubi-tubi?
Bagaimana jika aku menyerah kalah?
Mungkin bada dan petir mampu menyelamatkanku?
Menyapaku dalam lembut saja mereka tak bisa
Bagaimana mereka mau membopongku?

Bila tiba saatnya kau ingin menyerah kalah
Ingatlah, betapa indahnya pelangi membingkai langit
Ingatlah betapa hangat dan lembutnya sentuhan mentari
Berpeganglah pada itu
Mungkin tak lama pelangi dan mentari akan datang
sambil bergandengan tangan

Aku merasa seperti hujan badai dan petir.
Yang tak pernah dinanti orang.
Tak peduli betapa rusak yang bisa kuhadirkan
Betapa keras hantaman yang kuberikan
Aku memang tidak lembut
Tapi aku tak pantas dibenci dan ditakuti
Beberapa merutuki tanpa ampun

Kadang aku ingin berteriak pada Chronos sang penjaga waktu
Kapan sang mentari akan ia keluarkan dalam persembunyian.
Memang aku harus mengenal badai dan petir
Tapi biarlah hujan saja yang menemaniku menari
Aku memang tidak menolak badai dan petir
Tetapi matahari dan pelangi begitu kutunggu

Pernah kubertanya pada Sang Pencinta Hidup
Kapan matahari akan muncul
Ia hanya tersenyum dan membiarkan Chronos
yang menjawab iya, tidak, dan tunggu
Hujan, badai, serta petir selalu hadir sebelum yang indah keluar.
Karena biarlah mereka yang memurnikan kita
Untuk pantas menerima datangnya sinar dan pelangi
Karena dalam badailah, harapan akan datangnya matahari
Yang menggandeng pelangi semakin kuat.
Dan biarlah dalam penantian itu kita dimurnikan

Aku ingin berdamai dengan badai
Karena seringkali dalam badai aku diingatkan
Aku juga diyakinkan bahwa tetap banyak orang yang begitu menyayangi
Bahkan di saat badai begitu hebat menemaniku
Suara merekalah yang sering kali menghalau badai menyentuh jiwaku

0 comments: