-25 November 2012-
Ke manakah Tuhan
menyembunyikan matahari
Di saat badai, petir
serta gelombang menghempaskan aku begitu hebatnya?
Dan Ia membiarkan aku
didera oleh hujan begitu kuatnya?
Matahari sedang beristirahat
di singgasananya
Dia lelah menjaga hari,
Makanya dia meminta
teman-temannya menemanimu.
Ya, mereka masih teman
Menyayangimu dengan cara
yang berbeda dari matahari
Tidakkah kau dengar
sapaan petir meneriakkan namamu?
Tidakkah kau merasa
hujan dan angin bersatu membelai wajahmu?
Tetapi kehadirannya
begitu menakutkan aku
Aku begitu takut
karena sapaannya tak selembut sinar matahari
yang begitu
menghangatkan
Mungkinkah aku meminta
sebuah panggilan yang begitu menyejukkan?
Berkenalanlah dahulu. Mereka
bilang, tak kenal maka tak sayang.
Sampai kapan matahari
disembunyikan?
Apakah pasti selalu
ada pelangi setelahnya?
Matahari akan kembali
pada waktunya
Bagaimana kalau aku
tak kuat untuk berkenalan?
Bagaimana jika aku tak
sanggup menunggu hinga ia terbit lagi?
Setidaknya bukalah
matamu, telingamu dan semua inderamu
Percayalah, saat semua
sudah berlalu dan matahari kembali muncul,
Hujan badai petir
tidak begitu menakutkan lagi
Mungkin kau akan mulai
merindukannya
karena mereka
menggambarkan gelapnya sisi hidup ini
Pernahkah kau bertanya
mengapa harus ada hujan, badai, bahkan petir?
Aku perlu diingatkan
bahwa
hidup ini tak
selamanya hangat, tak selamanya terang.
Aku perlu
digoncangkan, dihempaskan
sampai aku tahu
bagaimana indahnya mentari saat dia kembali
Tidakkah kau merasa
begitu?
Tapi mengapa guncangan
ini begitu bertubi-tubi?
Bagaimana jika aku
menyerah kalah?
Mungkin bada dan petir
mampu menyelamatkanku?
Menyapaku dalam lembut
saja mereka tak bisa
Bagaimana mereka mau
membopongku?
Bila tiba saatnya kau
ingin menyerah kalah
Ingatlah, betapa indahnya
pelangi membingkai langit
Ingatlah betapa hangat
dan lembutnya sentuhan mentari
Berpeganglah pada itu
Mungkin tak lama
pelangi dan mentari akan datang
sambil bergandengan
tangan
Aku merasa seperti hujan badai dan petir.
Yang tak pernah
dinanti orang.
Tak peduli betapa
rusak yang bisa kuhadirkan
Betapa keras hantaman
yang kuberikan
Aku memang tidak
lembut
Tapi aku tak pantas
dibenci dan ditakuti
Beberapa merutuki
tanpa ampun
Kadang aku ingin
berteriak pada Chronos sang penjaga waktu
Kapan sang mentari
akan ia keluarkan dalam persembunyian.
Memang aku harus
mengenal badai dan petir
Tapi biarlah hujan
saja yang menemaniku menari
Aku memang tidak menolak
badai dan petir
Tetapi matahari dan
pelangi begitu kutunggu
Pernah kubertanya pada Sang Pencinta Hidup
Kapan matahari akan
muncul
Ia hanya tersenyum dan
membiarkan Chronos
yang menjawab iya,
tidak, dan tunggu
Hujan, badai, serta
petir selalu hadir sebelum yang indah keluar.
Karena biarlah mereka
yang memurnikan kita
Untuk pantas menerima
datangnya sinar dan pelangi
Karena dalam badailah,
harapan akan datangnya matahari
Yang menggandeng
pelangi semakin kuat.
Dan biarlah dalam
penantian itu kita dimurnikan
Aku ingin berdamai dengan badai
Karena seringkali
dalam badai aku diingatkan
Aku juga diyakinkan
bahwa tetap banyak orang yang begitu menyayangi
Bahkan di saat badai
begitu hebat menemaniku
Suara merekalah yang
sering kali menghalau badai menyentuh jiwaku
0 comments:
Posting Komentar