postingan pertama di k.com.
Tag scorenya cuma 35 plus banyak kritik, hehehe...
-------------------------------------------------------
Hatshi…
Kla bersin persis di depan laptop busuknya itu. Kok bisa busuk sih teknologi secanggih itu? Maksudnya tuh laptop udah kecapaian bikin tugas ini itu dan disumpelin games ini itu juga, jadinya lemot abis. Cuma bisa bikin Kla protes mulu klo lagi kepengen buru-buru.
Hatshi...
Kali ini Kla terpaksa mesti beranjak dari tempat nyamannya yang berada di sudut tempat tidur untuk mengambil tissue.
“Hm...sekali lagi bersin, gw makan permen deh!” Kla berkata pada dirinya sendiri.
Dasar konyol.
Kla dengan santai menggosok-gosok hidungnya dengan tissue lalu membuang tissue itu ke tempat sampah. Dan dia kembali ke zona nyamannya. Kla mengetik beberapa kata di laptopnya. Tak lama kemudian tombol backspace ditekannya berulang kali dan halaman itu menjadi bersih. Kla menggaruk-garuk kepalanya berusaha menemukan ide dari rasa nyaman menggaruk kepalanya itu.
Hatshi...
“Sial!” umpat Kla pada dirinya sendiri.
Kla bangun dari tempat tidurnya dan turun dari lantai atas ke lantai bawah untuk mengambil permen dari piring permen di meja ruang tamunya. Lalu dia kembali ke atas sambil tersenyum penuh kemenangan dengan permen mint di mulutnya.
Alhasil, dia menjadi flu dan tertidur tanpa menyelesaikan apa yang harusnya dia selesaikan malam itu.
Keesokan harinya, Kla bangun kesiangan. Matanya berat dan hidungnya masih sedikit tersumbat.
To: Kla
Kla, hr ni qt jd ktmn? Aris.
Sender: Aris
Kla memandang getir sms itu.
“Jadi ga ya? Kok gw jadi nge-per sendiri sih? Bukannya niat gw udah bulet mau ngomong sama Aris? Hm...”
To: Aris
Terserah u aj. Gw bs koq ktmn hr ni.
Sender: Kla
Kla menekan tombol send. Dia tahu, Aris pasti bingung banget menerima sms itu. Lha wong, kemarin Kla yang minta ketemuan.
Walaupun dengan sedikit bingung, Aris mengerti jawaban dari Kla. Pertemuan itu tetap milik Kla, walaupun nampaknya Kla tidak ingin mengakuinya. Aris dan Kla sudah berteman cukup lama, dan tampaknya Aris punya cara yang khusus untuk menjaga hati Kla tetap menjadi miliknya. Ya, setidaknya itu yang Aris tahu.
To: Kla
Y dh, ktm t4 biasa y, Kla!
Sender: Aris
Kla menghela napas. Dia meletakkan handphone-nya di atas meja. Lalu dia duduk di tepi tempat tidurnya.
“Gimana ya cara ngomongnya?”
Kla bangun dari tepi tempat tidurnya. Keresahan dan kegelisahan menguasai dirinya. Kla bolak-balik mengitari kamarnya, mencoba untuk mencari ide, sambil sesekali bergumam pada dirinya sendiri.
“Ng...Ris, loe khan dah tau perasaan gw ke loe. Ya ga usah gw bilang secara gamblang donk? Tapi...Hm...hm... ArGh...!”
Kla merasa frustrasi sendiri.
Seperti yang sudah mereka atur, Aris datang menemui Kla. Kla sampai terlebih dahulu. Kla melihat Aris datang. Cowok memakai polo t-shirt berwarna biru, warna kesukaan Kla. Jantung Kla langsung berdetak kencang saat matanya menangkap pandangan Aris.
“Duh...kok dia tetap ganteng ya?” gumam Kla dalam hati.
Senyum Aris nampak semakin menggetarkan hati Kla, diiringi dengan sapaan khasnya, “Hai, Kla!”
Kla tidak mau kalah. Dia membalas senyuman Aris dengan senyuman yang dipikirnya terbaik “Hei!”
Aris menghampiri bangkunya, tetapi tidak duduk.
“Gw laper banget nih. Langsung cari makan ya, Kla?”
“Boleh,” jawab Kla. Dia mengambil tasnya dan mengikuti Aris, yang sudah jalan di depannya.
Sehabis makan, Aris nampaknya belum mau beranjak dari tempatnya. Jelas sekali, dia ingin mendengarkan maksud pertemuannya dengan Kla hari ini.
“Jadi, Kla, loe mau ngomong apa sih sama gw?” kata Aris membuka pembicaraannya.
“Hm...hm...” Hati Kla masih berdetakan tidak karuan.
“Loe kenapa sih? Loe aneh deh hari ini!” kata Aris dengan nada yang menyiratkan sedikit kekhawatiran.
Kla cuma melirik Aris sesaat lalu kembali menunduk. Ya iyalah! Gw kan mau ngasih kejelasan sama loe. Masa ga gugup? Udah gila! Lagian kenapa sih semalem malah ketiduran? Harusnya gw tuh ga ngomong apa-apa sama loe hari ini, kecuali ngasih tulisan itu yang bisa menjelaskan semuanya.
“Kla?” Kali ini Aris tidak mampu lagi untuk menahan rasa khawatir yang tersirat di dalam nada suaranya.
“Iya bentar, gw lagi nyusun kalimatnya!” sahut Kla dengan sedikit rasa jengkel karena merasa terdesak. Kla berbohong. Dia bahkan sama sekali ga tau bagaimana kata-kata itu semestinya keluar.
Setelah beberapa lama terdiam, Aris nampaknya mulai bisa membaca apa yang Kla ingin bicarakan padanya hari ini. Pasti ada hubungannya sama obrolan kita beberapa waktu yang lalu.
Ya, Aris masih ingat benar ketika Kla mengucapkan kata-kata itu: “Orang itu loe, Ris. Orang yang gw suka selama ini itu loe.”
Suara pecahan beling yang tidak sengaja dijatuhkan oleh pelayan ketika membereskan meja membuyarkan pikiran Aris dari bayangan masa lalu itu. Lalu dia menatap Kla, yang masih saja terpaku melihat meja seakan di meja itu tertulis semua yang ingin dikatakannya.
“Kla, klo ini tentang perasaan loe ke gw, gw bisa...”
Enggak, Ris! Kali ini giliran gw yang bicara. Loe sebenernya ga tau apa-apa tentang apa yang sebenernya gw rasain sama loe selama ini. Pikiran Kla berputar-putar di dalam kepalanya, mencoba mengalahkan suara Aris.
Kla memutuskan untuk memotong kata-kata Aris.
“Gw sayang sama loe, Ris, sayang banget. Tapi gw ga punya harapan untuk bareng sama loe. Harapan itu udah mati sejak gw bisa lihat siapa loe sebenarnya dan siapa gw di mata loe. Mungkin ini akan bikin loe lega karena loe ga usah buat yang jahat-jahat supaya gw ga berharap sama loe. Beberapa kejadian udah cukup buat gw untuk baca sinyal dari loe supaya gw bisa sayang sama orang lain selain loe.” Kla menghela napasnya dengan teramat lega kali ini. Lebih lega daripada memberitahu Aris kalau selama ini dia menyukai Aris.
Aris terbelalak kaget mendengar kata-kata Kla. Dia sama sekali tidak menyangka hal seperti itulah yang akan dikatakan Kla. Jelas Kla gugup, kata-katanya barusan bisa saja membuat semua yang sudah mereka jalani sebagai sahabat yang saling jatuh cinta hancur berantakan.
Saling jatuh cinta?
Nyatanya memang cuma Kla yang menyadari kalau dia jatuh cinta dan memperlihatkannya secara terang-terangan. Sedang Aris termakan oleh gengsinya sendiri yang membuat dia begitu tinggi hati mengakui kalau hari-harinya menjadi lebih berwarna dengan kehadiran Kla. Aris begitu sombong untuk bertahan pada hitam putih hidupnya, dan sama sekali tidak menggubris warna yang dilukiskan Kla.
Toh Kla udah cinta mati sama dia. Ga ada gunanya baik-baikin dia, itu tidak akan mengubah perasaan Kla. Akibatnya, Aris sama sekali tidak peka terhadap berkurangnya senyum Kla dan berkurangnya kata-kata Kla padanya belakangan ini.
Sampai sekarangpun, Aris masih gengsi.
“Sorry, ya, Ris, klo gw bikin loe kecewa. Gw beneran ga bermaksud apa-apa waktu gw bikin pengakuan itu sama loe. Cuma pengen loe tau aja,” kata Kla.
“Oh, enggak kok. Itu hak loe kok, Kla, untuk menaruh harapan atau enggak. Toh itu khan juga perasaan loe sendiri,” kata Aris mencoba untuk menutupi semuanya.
“Baguslah, kalo emang ga masalah. Thanks, ya, Ris! Loe udah mau ngertiin gw,” kata Kla.
“Iya, sama-sama. Makasih juga karena loe udah sayang sama gw sebegitu hebatnya selama ini,” kata Aris.
Mereka berdua sama-sama terdiam. Lalu tak lama kemudian mereka memutuskan untuk meninggalkan tempat makan itu
“Hm...Kla, loe tau kan klo gw mau ke luar negeri? Yah...mungkin agak lama, tahunan,” kata Aris ketika mereka sedang berjalan bersama menuju mobil Aris. Aris sudah berjanji untuk mengantarkan Kla pulang.
Kla mengangguk.
“Tau kok. Itu khan udah loe rencanain dari lama dan itu khan mimpi loe selama ini,” kata Kla sambil tersenyum tipis.
“Mau nitip apa dari sana?” tanya Aris.
Kla terdiam. Masalahnya sekarang adalah dia memutuskan bahwa semuanya sudah selesai. apa yang pernah dimilikinya bersama Aris merupakan masa lalu dan hubungan mereka sekarang tidak akan sedekat yang dulu lagi. Kla baru saja menutup lembaran-lembarannya bersama Aris.
“Gw ga yakin kita bisa ketemu lagi klo loe udah pulang dari luar negeri, Ris,” kata Kla dengan pelan.
“Lho kenapa?” tanya Aris heran.
“Lebih baik loe ga tau deh, Ris! Sorry!” kata Kla.
Aris mengangguk pasrah.
Jadi intinya, ini terakhir kali gw ketemu sama dia?
Mereka berjalan beriringan dalam diam. Pada satu titik, Kla melihat ada pasangan yang berjalan berpapasan dengan mereka. pasangan itu bergandeng tangan dan terlihat begitu bahagia. Kla tersenyum getir, mencoba menepis bayangan pasangan itu adalah dirinya dan Aris. Sayangnya, Kla tidak bisa melihat kenanaran dalam pandangan mata Aris yang juga tertumpu pada pasangan itu. Hanya saja, Aris tidak terpaku lebih lama dari Kla.
“Kla?”
Lamunan Kla bubar.
“Ya?
“Loe ngapain sih ngeliat orang sampe kayak gitu?” tanya Aris.
“Oh...itu. Enggak kok. Kayaknya kenal, tapi ternyata bukan..”
Lagi-lagi Kla bohong.
“Ngiri ya, ada yang pegangan tangan?” tanya Aris. Kla tersenyum pahit.
“Hm...sometimes,” jawab Kla sekenanya.
“Hm...loe boleh pegang tangan gw kalo mau,” kata Aris. Walaupun dia mengucapkannya dengan nada yang cukup datar dan terkesan cuma main-main, dalam hatinya bergejolak dan pikirannya mengharapkan itu terjadi.
Kla sempat tersentak kaget mendengar kata-kata Aris. Tapi dia hanya menjawab pertanyaan itu dengan satu gelengan sambil tersenyum tipis.
Terpaksa Aris sekali lagi memakan gengsinya sendiri.
Kenapa sih gw ga ngomong langsung aja klo sebenernya gw pengen pegang tangan dia?
Sesuai dengan janjinya, Aris mengantarkan Kla ke rumahnya.
“Makasih ya, udah anterin gw pulang,” kata Kla. “Harusnya ga usah.”
“Ini cuma masalah kecil, Kla. Harusnya gw yang berterima kasih sama loe. All I’m trying to say is thanks for loving me that way,” kata Aris.
Mata Kla panas.
Jangan, Kla! Aris ga pantes dapet air mata loe lagi.
Tapi sedetik kemudian, tangan Aris memalingkan wajah Kla agar gadis itu menatap dirinya. Lalu Aris mencium kening Kla.
“Denger, gw janji sama loe, Kla, saat gw balik nanti, gw akan cari loe dan gw mau loe menerima gw sebagai seseorang yang paling spesial dalam hidup loe seperti yang selama ini loe udah jalanin,” kata Aris. “Jujur, kalo sekarang gw belum siap, Kla!”
Air mata itu tidak sanggup bertahan lebih lama. Kla terisak pelan di depan Aris.
Kla tidak sanggup mengeluarkan kata-kata. Tetapi hatinya menjerit lebih kencang dari yang seharusnya. Tapi gw ga mau ketemu loe lagi. Udah hancur semuanya; berkeping-keping. Ga ada gunanya loe cari gw, loe ga akan bertemu sama Kla yang sama setelah ini.
“Kalau harapan itu udah mati, biar gw kasih loe yang baru,” kata Aris.
Pikiran Kla semakin menjerit kencang penuh dengan emosi. Cukup, Ris, loe nyakitin gw selama ini. Cukup gw berharap sama loe. Walaupun sekarang gw tau loe serius, tapi gw ga punya apa-apa lagi yang bisa gw kasih sama loe untuk buktiin sayang gw sama loe.
Kla menghentakkan dirinya dan melepaskan diri dari sentuhan Aris. Dia menatap dalam-dalam mata Aris. Walaupun dia menemukan kejujuran dalam tatapan mata itu – kejujuran yang belum pernah ada di sinar mata Aris selama ini –, dia tetap enggan meneruskan semuanya ini.
“Ris, maaf ya, gw ga bisa lagi. Gw bener-bener minta maaf,” kata Kla.
Lalu dia segera keluar dari mobil Aris.
“Thanks ya, Ris, buat tumpangannya! Bye!”
Kla berjalan masuk ke rumahnya tanpa menoleh ke belakang lagi. Dia tahu Aris masih memandanginya karena dia belum mendengar mesin mobil Aris pergi menjauh.
Ada kesedihan di hati Kla karena dia harus melepas Aris yang selama ini memenuhi hatinya, apalagi setelah tahu, bahwa Aris sebenarnya juga menyayanginya. Sayang sekali, kesempatan di hati Kla sudah tertutup sedemikian rapatnya sehingga dia sendiripun tidak bisa menemukan kuncinya.
2 comments:
as, sedih.. hiks
lu bener-bener bisa menggambarkan perasaan kla dengan dalam. salut gw ama tulisanlu.
huu.. napa gt..
bete bete bete..
gw mau na hepi ending..
aris banyak cingcong ni.. huuu..
i hate sad story..
btw, nice writing, as.
smangat.
Posting Komentar