Wanita Ketiga - Part 1
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Hilda dengan
enggan membuka matanya. Sinar matahari yang sedari tadi masuk ke dalam kamar
berhasil membuatnya terbangun. Dia membuka matanya sedikit, lalu menutupnya
lagi. Sinar matahari itu terlalu menyilaukan untuk matanya. Lagipula dia belum
ingin beranjak dari tempat tidurnya. Kepalanya pusing dan rasa kantuk masih
menguasainya.
Hilda
membalikkan badannya, mencari bagian kasur yang masih dingin. Dia pun berniat
untuk kembali tidur.
“Hei, Putri Tidur!”
Sebuah suara menyapanya, suara seorang lelaki. Rasa kantuk Hilda tiba-tiba
menguap. Dia menyiagakan dirinya. “Sampai kapan kamu mau tidur seperti ini?”
Suara itu terdengar begitu ramah dan romantis. Hilda bisa merasakan kasur itu
bergerak saat lelaki itu duduk di sampingnya. Hilda menahan napas sebelum dia
membuka matanya untuk melihat siapa lelaki itu.
“Donny?” ujarnya
tak percaya. Matanya terbuka semakin lebar ketika melihat lelaki itu
bertelanjang dada. Lelaki itu mengalihkan pandangannya dari Hilda,
menyembunyikan kekecewaannya.
“Ya, ini aku.
Siapa yang kamu harapkan?” tanggap lelaki itu, terdengar tersinggung. Hilda
duduk dan mulai mengamati sekitarnya. Dia menyadari bahwa itu bukanlah
kamarnya, dan yang dia tiduri bukanlah tempat tidurnya. Hilda menoleh untuk
melihat sisi lain dari tempat tidur itu. Hatinya mencelos. Ada yang sudah tidur
di sampingnya. Hilda membuka selimut putih yang sedari tadi menutupi tubuhnya,
memastikan bahwa dia masih berpakaian lengkap.
Donny hanya
menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah Hilda.
“Aku tidur di
sebelah kamu semalam. But for God’s sake,
aku tidak tertarik dengan wanita yang sedang mabuk, Hilda!” tegur Donny,
memecahkan lamunan Hilda sekaligus meredakan kekhawatirannya.
“Apa yang terjadi
semalam?” tanya Hilda polos. Berulang kali dia mencoba untuk mencari tahu apa yang
sebenarnya terjadi semalam, apa yang membuat kepalanya begitu pusing saat dia
membuka matanya, apa yang membuatnya tidak pulang ke rumah semalam. Betapa
keras dia berusaha, dia hanya menemukan ingatannya berupa potongan-potongan
tanpa sambungan yang masuk akal.
“Harusnya aku
yang tanya sama kamu apa yang terjadi kemarin sampai kamu membuat aku
menemanimu sampai mabuk tanpa sepatah kata pun mengenai apa yang terjadi sama
kamu!” bentak Donny. Dia sepertinya sudah merasa cukup menekan emosinya sejak
semalam.
“Kemarin?” ulang
Hilda. Dan memori itu pun kembali mengulang dalam ingatan Hilda.
Kemarin dia
memergoki Edwin sedang bermesraan dengan wanita lain di apartemen kekasihnya
itu. Dia hanya melayangkan tamparannya ke wajah Edwin dan wanita itu sebelum
dia pergi dari apartemen Edwin. Lalu menghubungi Donny dan memintanya untuk
menemaninya minum di bar.
Air mata
mengalir membasahi pipi Hilda. Dia tidak sanggup lagi menahan luka di hatinya.
Dia pun terisak-isak. Tangannya menutupi wajahnya yang basah dengan air mata.
“Edwin,” isak
Hilda.
“Ada apa dengan
Edwin?” tuntut Donny, nadanya tidak turun sedikitpun dari bentakan sebelumnya.
Dari awal dia sudah tidak suka dengan kekasih Hilda itu. Dia yakin Edwin
bukanlah lelaki yang baik untuk wanita seperti Hilda. Ingin sekali dia
membuktikan pada Hilda bahwa dia bisa mendapatkan lelaki yang jauh lebih baik
dari Edwin, tetapi kesempatan itu tidak pernah datang. Rasa sakit yang mengiris
hati Donny ketika melihat Hilda terpuruk seperti ini membuat Donny semakin
ingin menghabisi Edwin dalam satu pukulan.
“Kamu bisa ga
sih berhenti membentak-bentak aku?” jerit Hilda mengagetkan Donny. Hilda
menghela napas sebelum dia menjelaskan lebih lanjut. “Dia itu selingkuh! Aku memergoki
dia tidur sama wanita lain!”
Donny merasa
iba. Dia merengkuhkan lengannya ke tubuh Hilda yang kini bergetar hebat. Hilda
terisak-isak dalam pelukan Donny, membasahi dada Donny dengan air matanya yang
mengalir deras.
-------------------------------------------------------------------------------
Cerita selanjutnya:
Wanita Ketiga - Final
-------------------------------------------------------------------------------
Cerita selanjutnya:
Wanita Ketiga - Final
0 comments:
Posting Komentar